Jumat, 14 Desember 2012
Jumat, 08 Juni 2012
Jumat, 01 Juni 2012
I Left But No Leave My School Bag (PART V)
Ketika di perjalanan menuju ke rumah Kemal, kondisi jalan raya sangat padat terutama di depan pasar Kembang. Wajah teman2x (terutama yang sedang menyetir) mulai tampak kesal dan galau. Should I sing to make them happy? Nooooo... Everybody will think if I'm a crazy person!
"Bil," panggil Raga sambil menyetir sepeda motor. "Tidur ta kamu?"
"Gak lah!" jawabku. "Heran aja ngeliat pengendara motor sama mobil sama banyaknya."
"Wis suwe, Bil. "Gak tau nyetir motor yo?"
"Udah tau gitu loh."
Raga cekikikan... lalu kembali hening...
"Raga," panggilku. "Aku gak lolos seleksi delegasi. Eman banget ya."
"Halaaaaah... Gak masalah, Bil. Yang penting kamu sudah berusaha dan seharusnya kamu bangga sama dirimu sendiri, Bil. Kamu bisa lolos sampai tahap II itu sudah bisa dibanggakan kok. Terpilih untuk mewakili sekolah sendirian juga seharusnya sudah bisa dibanggakan."
"Mmmmm... Iya juga sih... Tapi rasanya eman banget gituuuuu... Kenapa aku gak dikasih kesempatan buat lolos ya? Ngeliat saudara2x sepupuku bisa diterima di UI, ITS, ITB, terus dapet beasiswa kuliah setahun di California. Kenapa aku gak bisa seperti mereka? Padahal aku sama mereka satu darah dan satu keluarga."
"Gak usah lebay gitu lah, Bil. Jadi ceritanya kamu iri? Atau balas dendam?"
"Bukan gitu maksudnya! Aku berharap kalau aku juga punya kesempatan seperti mereka, Raga."
"Oooooh... Coba deh kamu liat di kaca mobil sebelah kita ini."
"Hah?" aku bingung. Aku segera melihat kaca mobil yang sedang berhenti tepat di sebelahku dan Raga. Aku tidak bisa melihat apapun yang ada didalam mobil itu. Yang bisa kulihat hanyalah bayangan diriku sendiri.
"I just could see myself."
"Nah, itu maksudku. Seharusnya kamu bangga sama dirimu sendiri dan menerima keadaanmu yang seperti itu. Semua orang punya kehidupan masing2x dan kehidupanmu itu termasuk spesial. Kamu patut untuk bangga atas semua usahamu mengikuti lomba apapun, Bil. Lagipula, kamu dapet pelajaran berharga dari pengalaman ini kan?!"
"Like... the judgement was a cruel person and one of the Cruela De Vil's friends?!"
"Bukan, Bil! Please deh! Pelajaran yang kamu dapet dari pengalaman itu adalah... Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda."
Nice advice! Sepertinya apa yang dikatakan Raga itu benar sekali.
Tuhaaaaan... Terima kasih Engkau telah memberikanku sahabat2x seperti mereka ini. Aku sangat bersyukur Engkau mau memberikanku kesempatan menjadi bagian dari mereka. Aku benar2x tidak mau kehilangan mereka.
"The day I knew you would leave, I can't barely breath. can you hear me scream?"
- The All American Rejects
* * *
Sesampainya di rumah Kemal, aku terpana melihat rumah Kemal. Whoaaaaa... Gede amat...
"Bil, kalau bengong jangan lebar2x nanti kemasukan lalat banyak loh!" pesan Radinal yang sedang berdiri tepat di sampingku.
"Kamu ngomong atau ngeprint?"
"Halu!" sapa Rivandi padaku dan Radinal.
Radinal sama sekali mengabaikan pertanyaanku tadi setelah Rivandi menyapa kami.
"Ini rumah atau pabrik kertas?" tanya Derina dengan raut wajah polos.
"Der, ini udah jelas bentuknya rumah!" jawab Anggirio. "Kenapa harus nyasar ke pabrik kertas?!"
Pagar rumah Kemal tidak terkunci dan terbuka lebar. Teman2x segera masuk dan memarkirkan motor di depan teras rumah Kemal. Di teras rumah Kemal, ada Eka dan Erfiki!
"Oalah, jadi kalian tidak masuk sekolah karena ngebantuin Kemal untuk menyiapkan ini?" tanya Cintya pada Eka dan Erfiki. "Lah terus satunya yang gak masuk selain Eka sama Erfiki sapa dong?"
"Bukannya tadi kamu sudah jawab ya?" balik tanya Eka.
"Maksudmu loh? Geje anak ini!"
"Ya jelas yang gak masuk selain aku sama Erfiki itu... KEMAL! Haduh, ayahnya anak ini mana sih?!"
Teman2x langsung tertawa mendengar pertanyaan Eka tadi. Cintya, jangan dimasukkin ke hati ya. Perkataan Eka tadi hanya sebatas bercanda kok. LOL!
"He rek," sahutku. "Ini sebenarnya acara apaan sih? Daritadi aku tanya gini kok gak ada yang mau jawab."
"Ayo masuk, teman2x!" ajak Kemal yang tiba2x muncul di teras rumahnya.
Teman2x langsung masuk ke dalam rumah Kemal. Sekali lagi... Tidak ada yang menjawab pertanyaanku tadi...
Aku juga ikut masuk sambil menggandeng tangan Nisyo. "Serasa kayak masuk rumah hantu yang ada di Tunjungan Plaza waktu itu ya."
"Bil, beda jauuuuuh..."
"Oh."
Di dalam, kedua orangtua Kemal menyambut kami. Mereka segera menyiapkan hidangan2x yang akan disajikan dalam acara ini. Wait! Ini acara syukuran? Who's getting married today? Who's birthday today?
Kami segera duduk di tikar yang sudah digelar di lantai. Ariyani, selaku panitia dan pembawa acara, segera membuka acara ini. "Sebelum acara ini dimulai, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk berkumpul dan mengadakan acara ini, yaitu acara kumpul bareng arek2x SeSat di rumah Kemal. Semoga acara ini bisa berjalan dengan lancar dan apa yang kita harapkan untuk memenuhi acara ini juga bisa tercapai. Berdo'a dimulai..."
Kami segera menundukkan kepala dan berdo'a sesuai keyakinan kita masing2x. Setelah berdo'a, kami langsung menikmati hidangan yang telah disajikan. Enak loh!
"Bil, laper ya?" tanya Nisyo sambil tertawa. "Pelan2x kalau makan, Bil."
Aku hanya tersenyum sambil melahap sepiring nasi goreng dengan telur dadar dan sosis.
Tiba2x, handphone-ku berdering. Aku segera berhenti makan dan mengangkat telepon. "Halo?"
"Halo? Nabilah? Ini Bu Tri."
Bu Tri! Wali kelas X-1! Pasti beliau bakalan marah besar karena beliau tidak diajak untuk ikut serta dalam acara ini.
"Bil, maaf Ibu tidak bisa hadir ke acara itu..."
Oh... Kukira mau marahin saya, Bu... "Iya gak papa kok, Bu."
"Bil, Ibu mau ngasih kabar nih. Kamu bisa ke sekolah sekarang juga gak?"
"Waduh, harus sekarang ya, Bu?! Emangnya ada apa, Bu?"
"Gini loh, Bil, sekolah ada tawaran beasiswa ke luar negeri dan bersekolah di sana selama satu tahun. Setelah satu tahun berlalu, kamu gak perlu kembali lagi ke kelas XI, Bil. Kamu bisa langsung ke kelas XII. Tapi, yang boleh mengisikan nama2x siswa yang bisa dapet beasiswa itu hanya wali kelas X. Ibu iseng masukkin namamu, Bil. Dan ternyata, dari kelas X-1, yang mendapatkan beasiswa itu kamu, Bil! Makanya Ibu minta tolong agar kamu segera kembali ke sekolah untuk mengkonfirmasikan data2x nya. Kamu minta tolong salah satu temanmu untuk nganterin ke sekolah lagi loh, Bil. Cepetan ya, Bil."
BEASISWA?! KE LUAR NEGRI?! SATU TAHUN?! Mendengar Bu Tri mengabarkan hal itu, aku langsung meneteskan air mata. Aku berteriak dalam hati dan aku sangat senang. Perasaanku campur aduk karena rasa senang ini sudah kelewat batas. Teman2x langsung melihatku dan menanyakan kenapa aku menangis seperti itu... menangis seperti orang yang dapat kabar bahwa jantungnya ketinggalan di jalan raya tadi...
Setelah ditelepon oleh Bu Tri, aku segera menutup telepon dan menangis bahagia. Well, you can call it 'menangis terharu'. Teman2x tetap saja bertanya kenapa kepadaku. Tetapi aku mengabaikan pertanyaan dari mereka dan segera berpikir bagaimana caranya aku kembali ke sekolah.
"Rek," sapaku dengan suara terbata-bata karena logatku masih belum bisa kembali normal. "Ada yang mau nganterin aku balik ke sekolah gak? Bu Tri minta aku kembali ke sekolah buat mengkonfirmasikan beasiswa yang aku raih soalnya, rek."
"WHAT?!" kejut teman2x.
Mereka semua langsung mengucapkan 'selamat' padaku dan sebagian dari mereka langsung memelukku. Mereka memelukku agar aku bisa kembali tenang sekaligus mengucapkan 'selamat'.
"Bil, serius kamu?" tanya Radinal.
Aku hanya mengangguk sambil meneteskan air mata yang tak kunjung reda.
"Kalau kamu ambil beasiswa itu, nanti kamu sekolah di sana berapa lama, Bil?" tanya Friska.
"One year..." jawabku.
"Will you forget us?" tanya Nisyo dengan raut wajah sedih.
Aku tersenyum. "Butuh waktu lebih dari setaun atau lebih dari seabad untuk melupakan kalian, rek."
"Awwwww..." kata Maria, Rosy, dan Cintya bersamaan.
SeSat's ladies langsung memelukku erat2x. "Nabilah, you're the best and you really deserve it! Congratulations!"
"Makasi ya teman2x atas kebaikan kalian semua. Makasi juga pernah nyakitin hatiku, tapi itu hanya sementara dan selamanya yang membekas adalah kebaikan kalian semua. Ini pertama kalinya aku punya teman2x sebaik kalian dan aku harus memanggil kalian... sahabat..."
"Bil, stop to make me want to cry!" ujar Novel yang tiba2x ikut meneteskan air mata.
"Iya, Bil. Jangan bikin aku pengen nangis juga dong." sahut Derina yang ikut meneteskan air mata juga.
Aku segera mengusap air mata yang jatuh ke pipi Derina. "Sekarang sapa yang mau nganterin aku balik lagi ke sekolah?"
Teman2x langsung mengacungkan tangan mereka. Nyaris semua yang mengacungkan tangan! Whoa!
Aku melihat Maria tersenyum senang dan wajahnya berseri-seri. "My twins, aku aja yang nganterin kamu ke sekolah. Soalnya gak mungkin banget kalau aku bisa nganterin kamu ke luar negri. Aku cuman bisa nganterin sampai ke bandara aja nanti."
THE END :)
Xo,
RBG.
I Left But No Leave My School Bag (PART IV)
...ORTHIO, YULI, NISYO, NOVEL, ANGGIRIO!
Mereka baru saja tiba di sekolah karena mereka baru selesai mengikuti olimpiade fisika di SMA Negeri lain! Kenapa waktu mereka tepat sekali ketika kelas X-1 sedang tampil?!
Entah kenapa aku merasa bahwa aku melihat suatu benda bercahaya yang dibawa oleh Yuli. Wait... Itu beneran bercahaya kok... Awwww silau... Ituuuuu... PIALA?!
Aku segera berlari menghampiri mereka. "Did you win?"
"Yuli menang juara II, Bil!" jawab Nisyo senang. Dia langsung memelukku erat2x. "Bil, aku kangen kamu."
Aku tertawa. Aku juga memeluk Nisyo erat2x. "Sama."
Dan, itulah penampilan 'gila' dari kelas X-1. Cukup berantakkan... namun kekompakan kelas X-1 telah mendeskripsikan segalanya bahwa kita bisa menampilkan sesuatu yang menarik dan berharap para penonton juga ikut terhibur.
* * *
Setelah tampil, kami segera kembali ke kelas dan berteriak girang atas kemenangan yang diraih oleh Yuli. Siapa sih yang tidak bangga kalau teman sekelasnya memenangkan olimpiade fisika tingkat SMA se-Surabaya?! Kami segera mengucapkan 'selamat' kepada Yuli dan minta traktir darinya. Hehehehe.
Radinal melihat tikar merah yang kubawa ke sekolah yang kuletakkan diatas meja. Dia langsung menggelar tikar itu di lantai. "Nah sekarang siapa yang mau tidur?"
Dia langsung tidur diatas tikarku. Rivandi dan Rangga melihat apa yang dilakukan oleh Radinal. Mereka langsung ikut serta tidur diatas tikarku.
"Hei! Tikarnya bukan buat acara begituan!" kesalku.
"Lah terus buat apa dong, Bil?" tanya Rivandi.
Aku mengangkat bahu. "Ariyani nyuruh aku bawa tikar, yasudah aku nurut aja."
"Pinter... Nurut sama bundo..." sahut Faisal. "Gitu dong nurut sama bundo, arek cilik."
Aku langsung menghela napas. Teman2x langsung tertawa mendengar ejekan Faisal padaku tadi.
"Iya ya, kenapa aku tidak tanya bundo dulu sebelum bawa tikar?!" heranku. "Emangnya buat apa sih, bundo?"
"Yang penting kamu sudah bawa tikarnya, Bil!" kata Ariyani. "Nanti sehabis pulang sekolah, kita semua mengadakan acara di rumahnya Kemal. Kamu wajib ikut, Bil. Kamu kan bendahara kelas?!"
"What? Acara? Acara apaan? Wajib ikut? Pasti acaranya minta modal dari uang kas ya?!"
"Loh arek cilik kok negative thinking gini sih?" sahut Faisal. "Gak baik itu, arek cilik!"
"Stop to call me 'arek cilik', Faisul!"
"Sudah... Sudah..." sahut Dio untuk melerai perkelahianku dengan Faisal. "Jangan berteman..."
"Loh kok?!" kejut Nisyo dan Putri bersamaan.
Mendengar ucapan Dio serta melihat Nisyo dan Putri terkejut bersamaan, kita langsung tertawa. Sepertinya momen ini tidak akan aku lupakan. Tertawa terbahak-bahak bareng teman2x sekelas?! Momen langka! Tidak semua orang bisa mendapatkan momen seperti ini, kecuali tertawa terbahak-bahak bareng teman2x sekelas ketika jam pelajaran. Ini bukan jam pelajaran, tetapi kekompakan kita masih terbawa. Awwwww sweet!
Dan akhirnya Radinal, Rivandi, dan Rangga tertidur pulas diatas tikar merah milikku...
* * *
Beberapa jam kemudian...
Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang. Ternyata, usaha kita untuk mengikuti lomba tadi terbayar juga. Kita menang juara II dan hadiahnya adalah uang sebesar Rp 200ribu! Alhamdulillah...
Aku merasa lega karena hari ini adalah hari yang indah. Teman2x pulang dengan perasaan riang gembira. Are they? Yup, I think! Soalnya mereka pulang ke rumah sambil senyum2x sendiri gitu. Bukannya ngejek 'gila' ke mereka sih, tapi itu memang kenyataan dan sepertinya aku wajar dengan hal itu. Hehe.
Sebelum pulang sekolah, aku segera mengambil pigura foto yang bergambar sertifikat kemenangan kelas X-1 ketika mengikuti lomba yel2x bertemakan Eco-School satu sekolah. Pigura foto tersebut kumasukkan ke dalam tas ranselku.
"My twins," panggil Maria sambil tersenyum senang. "Kok diambil?"
"Hey, my twins." balik sapaku padanya. "Aku gak mau ninggalin kelas ini tanpa bawa kenang2x an ini dan tas ranselku sendiri."
"Tapi sertifikat itu hasil jerih payah kita bersama? Kenapa harus my twins yang bawa?"
"Kalau ditinggal disini, aku takut kalau penerus generasi kelas X-1 kita ini gak menghargai usaha kita untuk mendapatkan sertifikat ini. Harusnya gimana dong?"
"Pokoknya my twins bawa aja dulu sertifikat itu. Nanti dibahas bareng2x lagi aja pas di rumahnya Kemal."
"Loh, bukannya teman2x udah pada pulang ke rumah ya? My twins, sebenarnya ada acara apaan sih di rumahnya Kemal itu?"
Maria hanya tersenyum. "Yeeeee... Kata siapa? Pokoknya my twins wajib ikut!"
"Kalau ikut, aku harus naik kendaraan apa ke rumahnya Kemal? Lagipula aku juga gak tau rumahnya Kemal di mana."
Maria menarik tanganku dan mengajakku untuk segera turun ke bawah. Di depan gerbang sekolah, ada teman2x yang sudah mengeluarkan sepeda motor mereka dari parkiran motor yang letaknya di gereja samping sekolah. Mereka semua siap menuju ke rumah Kemal bersama-sama.
"Bil, kamu bareng Raga ya." kata Novel padaku. "Soalnya aku berangkat bareng sama your twins, Maria. Gak papa kan?"
"Gak papa kok, Novel."
Maria segera memberiku helm. "Demi keselamatan my twins."
"Gracias!"
"Ayo semua cus berangkaaaaat!" kata Agum bersemangat memimpin kelompok SeSat yang akan berangkat bersama-sama menuju ke rumah Kemal.
"SeSat, don't be lambreta ya." pesan Anggirio pada kami.
TO BE CONTINUED...
Xo,
RBG.
I Left But No Leave My School Bag (PART III)
Waktupun telah berlalu... Waktu telah menunjukkan pukul setengah 10 pagi...
Beberapa kelas telah menampilkan kreasi mereka untuk mengikuti lomba itu. Aku hanya menghela napas dan berharap Tuhan memberikan kesempatan pada kami untuk menampilkan yang terbaik seperti yang dulu. Sekarang, 24 siswa kelas X-1 siap beraksi!
Kami segera turun ke bawah dan menuju ke lapangan sekolah. Di sana, salah satu panitia lomba segera menghampiri kami. "Setelah penampilan dari kelas XI IPA 2, selanjutnya kalian ya!"
"OMG!" teriak Friska. "Hatiku mulai cenat-cenut nih!"
"Stop being Smash lover!" kesal Cintya.
Sheila, Rosy, dan Agum cekikikan melihat Cintya yang sedang kesal pada Friska tadi.
"He rek," kata Faisal. "Sebelum tampil, ayo do'a bareng2x ben engkok penampilan arek dhewe isok apik koyok biyen."
"Sebelum tampil, ayo do'a bareng2x supaya penampilan kita nanti bisa bagus seperti dulu." kata Ariyani sebagai penerjemah perkataan Faisal tadi.
"Terserah." kata Faisal.
Kita segera berkumpul dan saling bergandengan tangan. Tiba2x, seorang perempuan imut berlari dan menghampiri kami dan langsung melepas tanganku yang sedang menggandeng Rosy. "Rek, aku melok!"
... She's Ajeng! Finally you're back!
"Apa yang aku lewatkan, rek?" tanya Ajeng.
"Ssssst..." kesal Agum pada Ajeng. "Pokoknya kamu ikut aba2x dari kita, dan kamu nyanyi bagian pertama ya."
"Hah? Nyanyi apaan?"
"Udah pokoknya kita do'a dulu, baru nanti aku jelasin!"
Setelah berdo'a, kita mulai mengacungkan tangan ke depan dan berteriak... "BISA GAK BISA BISMILLAAAAAH!"
"Itulah penampilan dari kelas XI IPA 2! Tepuk tangan semuanya!" teriak sang pembawa acara. "Selanjutnya, kita sambut penampilan dari kelas X-1!"
Kami segera berjalan menuju ke tengah lapangan sekolah. Raga, Ferdian, dan Rivandi segera menyiapkan alat musik, yaitu sebuah gitar dan... SEBUAH GALON BEKAS! Sedangkan Rivandi hanya berperan sebagai pemegang mic, bukan sebagai pemain alat musik.
Telapak tanganku mulai basah. Pertanda bahwa aku sedang grogi. Pikiranku mulai ke mana-mana. Aku melihat sekitarku. Banyak orang yang akan melihat penampilan kami. Aku melihat salah satu dari mereka adalah seorang laki-laki berkulit putih dan berambut keriting, oh maaaaan... that's my neighbor!
"Bil," panggil Raga. "Ayo semangat! Jangan grogi gitu dong, dibawa santai aja!"
Aku hanya tersenyum. Oh Gosh! I will dead! I need to focus! Focus! Focus! Nabilah, fokus dong ih rempong amat sih Nabilah ini!
Penonton mulai bertepuk tangan.
Musiiiiic...
I’ve had the time of my lifeAnd I’ve never felt this way beforeAnd I swear this is trueAnd I owe it all to youAjeng yang menyanyikan bagian awal itu. Dan lanjutan dari lyric lagu itu adalah...
Everyday I'm shuffling!
Beberapa dari kami berperan sebagai acapella untuk memainkan electone dari lagu "Party Rock Anthem" by LMFAO itu. Dan, beberapa dari kami, salah satunya adalah aku, melakukan shuffle! Bagus pun memimpin grup shuffle kelas X-1!Mungkin di pikiran orang2x yang sedang menonton itu terlihat norak. Party Rock Anthem on acoustic also acapella version but still can do shuffling? Menurutku juga begitu... Tetapi, berkat kekompakan kita... segalanya berubah dan terlihat lebih berwarna...
Can't read my,
Can't read my
No he can't read my poker face
(she's got me like nobody)
(she's got me like nobody)
Can't read my
Can't read my
No he can't read my poker face
(she's got me like nobody)
Hei! Itu bukan salah satu lyric di lagu Party Rock Anthem! Itu chorus lagu "Poker Face" bu Lady Gaga!
Aku langsung menoleh ke belakang dan mencari tahu siapa yang menyanyikan bagian itu.
Loh?! Itu kan...
TO BE CONTINUED...
Xo,
RBG.
Kamis, 31 Mei 2012
I Left But No Leave My School Bag (PART II)
Beberapa menit kemudian...
Lomba yang diadakan oleh para pengurus OSIS untuk Kegiatan Akhir Semester telah dimulai. Lomba hari ini adalah lomba menyanyikan lagu barat dan temanya bebas. Aku meratapi mata teman2x sekelasku, mereka tampak tenang, sedangkan aku merasa sangat gelisah.WHAT? MENYANYIKAN LAGU BARAT DAN TEMANYA BEBAS? Woi! Baru Jumat lalu selesai UAS dan hari ini lombanya norak abis! Bagaimana bisa kompak nanti ya? Belum ada persiapan apapun!
Parahnya lagi, siswa kelas X-1 yang datang ke sekolah hanya 17 siswa! Rasanya seperti mengikuti remidi mata pelajaran sosiologi di semester satu lalu deh. Separuh dari kami sedang mengikuti remidi mata pelajaran apapun untuk melengkapi nilai, separuhnya lagi tidak masuk sekolah, dan 5 siswa lainnya mengikuti olimpiade fisika di SMA Negeri lain.
Sepertinya teman2x banyak yang berpikir bahwa lomba hari ini sangat tidak penting, padahal menurut Putri sangatlah penting... so do I...
"Bil!" panggil Putri. "What should we do?"
"I don't have an idea, neng." jawabku polos. "We need Ajeng! Because she always do the best to prepare like this! But where is she?"
Aku mencari Ajeng, tetapi sebenarnya yang aku pikirkan hanyalah... SEMUA ANGGOTA SESAT (SEPULUH SATU)! Ayolaaaaah... Sekali ini saja aku berharap bahwa kita bisa melewati ini bersama, tidak perlu menunggu seseorang atau yang lain.
"Eh, rek!" kata Rangga yang tiba2x datang ke kelas. Sekarang... 18 siswa...
"Mendingan kita gak usah ikut lomba hari ini deh. Gak papa didiskualifikasi." lanjut Rangga. "Lagian lomba hari ini gak penting amat!"
Aku mendengar beberapa temanku berkata "Iyaaaaa...", sedangkan separuhnya berkata "Halaaaaah...". Mana yang harus kupilih?
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!" teriakku dalam hati. "Cukup sudah penderitaanku hari ini! Lebih baik aku tidak perlu memikirkan yang satu ini. Aku sudah cukup gelisah memikirkan bahwa aku tidak lolos mengikuti seleksi delegasi tahun ini. Padahal, tinggal selangkah lagi aku mencapai kemenangan. Tetapi hasilnya sungguh menyakitkan. Aku sangat berharap bahwa aku menang dan bisa pergi ke Jepang atau Korea selama 2 minggu. Namanya aja 'seleksi', pasti ada yang kalah dan ada yang menang."
Sekarang teman2x mulai berpikir bahwa lebih baik tidak mengikuti lomba karena kita belum menyiapkan apapun. Aku pun mulai berpikir... mengapa teman2x cepat sekali untuk menyerah karena hanya menghadapi lomba seperti ini? Apa yang sebenarnya mereka takutkan? Takut terlihat jelek di depan umum karena tidak kompak? Atau mereka takut melakukan sebuah kesalahan ketika tampil di depan umum?
Tiba2x, Bagus menarik LCD yang digulung diatas papan tulis. Faisal menancapkan kabel LCD ke laptopnya dan tampak sebuah gambar di LCD tersebut. Itu adalah sebuah video!
"Kurasa video ini bisa menginspirasi kalian untuk menghadapi lomba hari ini, kawan." terang Bagus. "Ada yang setuju gak?"
Faisal hanya tersenyum dan mengacungkan dua jempol kepada kami. "Kalau kita menampilkan seperti ini, sepertinya bakalan asyik loh!"
"So?" tanya Bagus pada kami. "What do you think, kawan?"
TO BE CONTINUED...
Xo,
RBG.
Langganan:
Postingan (Atom)