...ORTHIO, YULI, NISYO, NOVEL, ANGGIRIO!
Mereka baru saja tiba di sekolah karena mereka baru selesai mengikuti olimpiade fisika di SMA Negeri lain! Kenapa waktu mereka tepat sekali ketika kelas X-1 sedang tampil?!
Entah kenapa aku merasa bahwa aku melihat suatu benda bercahaya yang dibawa oleh Yuli. Wait... Itu beneran bercahaya kok... Awwww silau... Ituuuuu... PIALA?!
Aku segera berlari menghampiri mereka. "Did you win?"
"Yuli menang juara II, Bil!" jawab Nisyo senang. Dia langsung memelukku erat2x. "Bil, aku kangen kamu."
Aku tertawa. Aku juga memeluk Nisyo erat2x. "Sama."
Dan, itulah penampilan 'gila' dari kelas X-1. Cukup berantakkan... namun kekompakan kelas X-1 telah mendeskripsikan segalanya bahwa kita bisa menampilkan sesuatu yang menarik dan berharap para penonton juga ikut terhibur.
* * *
Setelah tampil, kami segera kembali ke kelas dan berteriak girang atas kemenangan yang diraih oleh Yuli. Siapa sih yang tidak bangga kalau teman sekelasnya memenangkan olimpiade fisika tingkat SMA se-Surabaya?! Kami segera mengucapkan 'selamat' kepada Yuli dan minta traktir darinya. Hehehehe.
Radinal melihat tikar merah yang kubawa ke sekolah yang kuletakkan diatas meja. Dia langsung menggelar tikar itu di lantai. "Nah sekarang siapa yang mau tidur?"
Dia langsung tidur diatas tikarku. Rivandi dan Rangga melihat apa yang dilakukan oleh Radinal. Mereka langsung ikut serta tidur diatas tikarku.
"Hei! Tikarnya bukan buat acara begituan!" kesalku.
"Lah terus buat apa dong, Bil?" tanya Rivandi.
Aku mengangkat bahu. "Ariyani nyuruh aku bawa tikar, yasudah aku nurut aja."
"Pinter... Nurut sama bundo..." sahut Faisal. "Gitu dong nurut sama bundo, arek cilik."
Aku langsung menghela napas. Teman2x langsung tertawa mendengar ejekan Faisal padaku tadi.
"Iya ya, kenapa aku tidak tanya bundo dulu sebelum bawa tikar?!" heranku. "Emangnya buat apa sih, bundo?"
"Yang penting kamu sudah bawa tikarnya, Bil!" kata Ariyani. "Nanti sehabis pulang sekolah, kita semua mengadakan acara di rumahnya Kemal. Kamu wajib ikut, Bil. Kamu kan bendahara kelas?!"
"What? Acara? Acara apaan? Wajib ikut? Pasti acaranya minta modal dari uang kas ya?!"
"Loh arek cilik kok negative thinking gini sih?" sahut Faisal. "Gak baik itu, arek cilik!"
"Stop to call me 'arek cilik', Faisul!"
"Sudah... Sudah..." sahut Dio untuk melerai perkelahianku dengan Faisal. "Jangan berteman..."
"Loh kok?!" kejut Nisyo dan Putri bersamaan.
Mendengar ucapan Dio serta melihat Nisyo dan Putri terkejut bersamaan, kita langsung tertawa. Sepertinya momen ini tidak akan aku lupakan. Tertawa terbahak-bahak bareng teman2x sekelas?! Momen langka! Tidak semua orang bisa mendapatkan momen seperti ini, kecuali tertawa terbahak-bahak bareng teman2x sekelas ketika jam pelajaran. Ini bukan jam pelajaran, tetapi kekompakan kita masih terbawa. Awwwww sweet!
Dan akhirnya Radinal, Rivandi, dan Rangga tertidur pulas diatas tikar merah milikku...
* * *
Beberapa jam kemudian...
Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang. Ternyata, usaha kita untuk mengikuti lomba tadi terbayar juga. Kita menang juara II dan hadiahnya adalah uang sebesar Rp 200ribu! Alhamdulillah...
Aku merasa lega karena hari ini adalah hari yang indah. Teman2x pulang dengan perasaan riang gembira. Are they? Yup, I think! Soalnya mereka pulang ke rumah sambil senyum2x sendiri gitu. Bukannya ngejek 'gila' ke mereka sih, tapi itu memang kenyataan dan sepertinya aku wajar dengan hal itu. Hehe.
Sebelum pulang sekolah, aku segera mengambil pigura foto yang bergambar sertifikat kemenangan kelas X-1 ketika mengikuti lomba yel2x bertemakan Eco-School satu sekolah. Pigura foto tersebut kumasukkan ke dalam tas ranselku.
"My twins," panggil Maria sambil tersenyum senang. "Kok diambil?"
"Hey, my twins." balik sapaku padanya. "Aku gak mau ninggalin kelas ini tanpa bawa kenang2x an ini dan tas ranselku sendiri."
"Tapi sertifikat itu hasil jerih payah kita bersama? Kenapa harus my twins yang bawa?"
"Kalau ditinggal disini, aku takut kalau penerus generasi kelas X-1 kita ini gak menghargai usaha kita untuk mendapatkan sertifikat ini. Harusnya gimana dong?"
"Pokoknya my twins bawa aja dulu sertifikat itu. Nanti dibahas bareng2x lagi aja pas di rumahnya Kemal."
"Loh, bukannya teman2x udah pada pulang ke rumah ya? My twins, sebenarnya ada acara apaan sih di rumahnya Kemal itu?"
Maria hanya tersenyum. "Yeeeee... Kata siapa? Pokoknya my twins wajib ikut!"
"Kalau ikut, aku harus naik kendaraan apa ke rumahnya Kemal? Lagipula aku juga gak tau rumahnya Kemal di mana."
Maria menarik tanganku dan mengajakku untuk segera turun ke bawah. Di depan gerbang sekolah, ada teman2x yang sudah mengeluarkan sepeda motor mereka dari parkiran motor yang letaknya di gereja samping sekolah. Mereka semua siap menuju ke rumah Kemal bersama-sama.
"Bil, kamu bareng Raga ya." kata Novel padaku. "Soalnya aku berangkat bareng sama your twins, Maria. Gak papa kan?"
"Gak papa kok, Novel."
Maria segera memberiku helm. "Demi keselamatan my twins."
"Gracias!"
"Ayo semua cus berangkaaaaat!" kata Agum bersemangat memimpin kelompok SeSat yang akan berangkat bersama-sama menuju ke rumah Kemal.
"SeSat, don't be lambreta ya." pesan Anggirio pada kami.
TO BE CONTINUED...
Xo,
RBG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar